Pages

Jumat, 19 Juni 2009

Unit 3 : Persalinan kala I – Observasi Anak

PANDUAN PENDIDIKAN PERSIAPAN KLINIK

Unit 3 :

PERSALINAN KALA I – OBSERVASI ANAK


TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan modul OBSERVASI ANAK PADA PERSALINAN KALA I ini, mahasiswa memiliki kemampuan untuk :

  1. Melakukan observasi keadaan anak selama persalinan kala I .
  2. Melakukan pencatatan temuan klinik kedalam partogram.
  3. Mengerti dan memahami semua hasil temuan klinik.
  4. Mengerti dan memahami penyebab dan tanda gawat janin.
  5. Melakukan interpretasi terhadap adanya perbedaan pola denyut jantung janin dan adanya perubahan warna pada cairan ketuban .
  6. Menentukan penatalaksanaan abnormalitas yang terjadi.

3.1 APA MANFAAT MELAKUKAN OBSERVASI TERHADAP JANIN SAAT PROSES PERSALINAN?

Observasi keadaan janin saat persalinan harus dilakukan untuk mengetahui respon janin dalam menghadapi stres persalinan. Umumnya, proses persalinan yang berlangsung secara normal tidak menimbulkan efek buruk pada janin.

3.2 STRES APA YANG MUNGKIN TERJADI PADA JANIN SAAT PERSALINAN?

  • Tekanan pada kepala janin saat kontraksi uterus.
  • Berkurangnya pasokan oksigen melalui sirkulasi uteroplasenta.

3.3 BAGAIMANA PERISTIWA KOMPRESI KEPALA DAPAT MENYEBABKAN STRES PADA JANIN?

Saat kontraksi uterus, kompresi kepala janin akan menyebabkan stimulasi vagal yang menyebabkan penurunan frekuensi detik jantung janin. Keadaan ini umumnya tidak membahayakan janin, namun pada kasus CPD kompresi kepala janin berlangsung cukup hebat sehingga menyebabkan terjadinya gawat janin.

3.4 PERISTIWA APA YANG DAPAT MENYEBABKAN BERKURANGNYA PASOKAN OKSIGEN PADA JANIN?

  • KONTRAKSI UTERUS : Kontraksi uterus adalah peristiwa yang paling sering menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen selama persalinan.
  • PENURUNAN ALIRAN DARAH SIRKULASI UTERO-PLASENTA: Plasenta tidak dapat memberikan pasokan oksigen dan nutrisi pada janin akibat penurunan sirkulasi uteroplasenta a.l pada kasus insufisiensi plasenta. Pada penderita pre-eklampsia, pembentukan arteri spiralis yang buruk menyebabkan gangguan aliran darah melalui plasenta. Keadaan serupa juga terjadi pada pasien perokok.
  • SOLUSIO PLASENTA: Terganggunya fungsi dari sebagian atau seluruh plasenta yang akibat pembentukan hematoma retroplasenta akan terpisah dari dinding uterus sehingga aliran darah ke janin sangat berkurang atau bahkan dapat terhenti sama sekali.
  • PROLAPSUS ATAU KOMPRESI TALIPUSAT: Peristiwa ini akan menghentikan pasokan oksigen janin melalui talipusat.

KONTRAKSI UTERUS ADALAH PENYEBAB UTAMA PENURUNAN PASOKAN OKSIGEN PADA JANIN SELAMA BERLANGSUNGNYA PROSES PERSALINAN

3.5 BAGAIMANA KONTRAKSI UTERUS DAPAT MENURUNKAN ASUPAN OKSIGEN PADA JANIN?

Kontraksi uterus akan menyebabkan:

  1. Penurunan aliran darah ke plasenta oleh karena meningkatnya tekanan intra uterin saat kontraksi uterus mencapai puncak.
  2. Penekanan talipusat.
  3. Terjepitnya pembuluh darah uterus akibat kontraksi serabut mometrium sehingga menurunkan aliran sirkulasi uteroplasenta.

3.6 BILAMANA KONTRAKSI UTERUS DAPAT MENYEBABKAN PENURUNAN PASOKAN OKSIGEN UNTUK JANIN?

Dalam keadaan normal kontraksi uterus tidak menurunkan pasokan oksigen untuk janin oleh karena cadangan oksigen dalam darah plasenta masih cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen janin saat kontraksi uterus mencapai puncaknya. Kontraksi uterus saat persalinan yang normal tidak akan mengganggu fisiologi janin yang sehat dengan fungsi plasenta yang normal. Jadi dalam keadaan normal, kontraksi uterus tidak akan membahayakan kehidupan janin.

Akan tetapi, kontraksi uterus dapat menurunkan pasokan oksigen untuk janin bila :

    1. Terdapat insufisiensi plasenta (pre-eklampsia, postmatur)
    2. Kontraksi uterus yang hipertonik
    3. Terjadi kompresi pada talipusat

3.7 APA AKIBATNYA BILA JANIN KEKURANGAN PASOKAN OKSIGEN?

Penurunan pasokan oksigen normal pada janin akan menyebabkan HIPOKSIA JANIN. Kekurangan oksigen akan menyebabkan hipoksia sel tubuh janin. Bila derajat gangguan tersebut ringan, janin akan masih mampu melakukan kompensasi sehingga tidak timbul gejala, akan tetapi gangguan kekurangan oksigen yang berat akan menyebabkan hipoksia berat sehingga janin akan menunjukkan gejala GAWAT JANIN. Hipoksia berat yang berlangsung lama akan menyebabkan kematian janin.

3.8 BAGAIMANA MENGETAHUI ADANYA GAWAT JANIN SAAT PERSALINAN?

Gawat janin akibat kekurangan oksigen akan menyebabkan penurunan frekuensi detik jantung janin (bradikardia)

*** Respon janin pertama kali terhadap hipoksia adalah bradikardia sehingga akan terjadi penghematan penggunaan konsumsi oksigen.

Selain bradikardia, akan terjadi pengalihan pasokan darah dari organ yang kurang penting (usus dan ginjal) sampai organ yang penting (otak dan jantung). Dengan demikian maka hipoksia akan menyebabkan iskemia usus dan ginjal serta perdarahan intraventrikuler di otak.

Hipoksia berat akan menyebabkan penurunan curah jantung sehingga terjadi iskemia miokardium dan serebral.

Hipoksia juga menyebabkan terjadinya metabolisme anerobik sehingga menyebabkan asidosis (penurunan pH darah janin).

3.9 BAGAIMANA CARA MENGETAHUI KONDISI JANIN SAAT PERSALINAN?

Melalui 2 jenis pengamatan :

  1. Pola detik jantung janin.
  2. Keadaan cairan amnion (ada tidaknya mekonium dalam cairan ketuban)

*** Bila tersedia fasilitas maka pengukuran pH darah janin adalah cara terbaik untuk menentukan derajat kesejahteraan janin.

POLA DETIK JANTUNG JANIN

3.10 PERALATAN APA YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGAMATI DETIK JANTUNG JANIN?

Peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan pengamatan adalah :

  1. Fetal stethoscope.
  2. Doptone.
  3. Cardiotocograph (mesin CTG ).

Pada sebagian besar persalinan resiko rendah, frekuensi detik jantung janin dapat ditentukan dengan menggunakan fetal stethoscope biasa. Penggunaan Doptone bermanfaat dalam hal kesulitan untuk mendengarkan detik jantung janin terutama pada kasus yang diduga IUFD. Pada sebagian besar kasus persalinan, penggunaan mesin CTG tidak terlampau penting. Peralatan ini sangat penting untuk kasus kehamilan atau persalinan resiko tinggi.

3.11 BAGAIMANA MELAKUKAN OBSERVASI DETIK JANTUNG JANIN?

Mengingat bahwa kontraksi uterus dapat menurunkan aliran darah maternal melalui plasenta yang selanjutnya akan menurunkan pasokan oksigen untuk janin, maka observasi detik jantung janin dilakukan selama kontraksi uterus. Dalam prakteknya, mendengarkan detik jantung janin dilakukan sebelum – selama dan sesudah kontraksi uterus. Kesimpulan mengenai keadaan janin berdasarkan penilaian frekuensi detik jantung janin harus dilakukan dengan mengetahui berapa frekuensi detik jantung janin SEBELUM - SELAMA dan SETELAH kontraksi uterus.

PENGUKURAN FREKUENSI DETIK JANTUNG JANIN DILAKUKAN SEBELUM – SELAMA DAN SESUDAH KONTRAKSI UTERUS

3.12 BILAMANA PENGUKURAN FREKUENSI DETIK JANTUNG JANIN DILAKUKAN?

Pada pasien resiko rendah dengan hasil observasi normal saat masuk rumah sakit, observasi detik jantung janin dilakukan ;

  • Setiap 2 jam pada persalinan kala I fase laten.
  • Setiap jam pada persalinan kala I fase aktif.

Pada pasien resiko tinggi untuk mengalami gawat janin, observasi dikerjakan lebih sering.

Pasien berikut ini berada resiko tinggi mengalami gawat janin :

  • Pasien resiko sedang.
  • Pasien resiko tinggi.
  • Pasien yang menunjukkan abnormalitas saat masuk kamar bersalin.
  • Pasien dengan cairan amnion berwarna hijau.

Pasien diatas memerlukan observasi yang lebih sering :

  • Pada persalinan kala I fase laten setiap jam.
  • Pada persalinan kala I fase aktif setiap 30 menit. .
  • Sekurang-kurangnya setiap 15 menit bila diduga mengalami gawat janin.

3.13 DATA APA YANG HARUS DIKETAHUI PADA POLA DETIK JANTUNG JANIN SELAMA PERSALINAN?

Dua data yang harus diketahui :

  1. NILAI DASAR (BASELINE FETAL HEART RATE) : Frekuensi DJJ diantara dua kontraksi uterus.
  2. ADA TIDAKNYA DESELERASI: Bila ada, harus ditentukan HUBUNGAN ANTARA DESELERASI DENGAN KONTRAKSI UTERUS :
    1. Deselerasi yang hanya terjadi SELAMA kontraksi uterus (yaitu deselerasi dini – early deceleration).
    2. Deselerasi yang terjadi SELAMA dan SETELAH kontraksi uterus (yaitu deselerasi lambat - late decelerations)
    3. Deselerasi yang TIDAK BERKAITAN SECARA TETAP dengan kontraksi uterus (yaitu DESELERASI VARIABEL - variable decelerations).
    4. *** Sebagai tambahan, bila fasilitas memungkinkan harus dinilai pula adanya ‘beat-to-beat variation’ dengan menggunakan mesin CTG .

3.14 POLA DETIK JANTUNG JANIN APA YANG DAPAT DIKETAHUI HANYA DENGAN MENGGUNAKAN FETAL STETHOSCOPE?

  1. Normal.
  2. Deselerasi dini - Early deceleration.
  3. Deselerasi lambat - Late deceleration.
  4. Deselerasi variabel - Variable deceleration.
  5. Baseline tachycardia.
  6. Baseline bradycardia.

Pola detik jantung janin (kecuali deselerasi variabel) dapat dikenali dengan mudah menggunakan fetal stethoscope. Hasil rekaman dengan menggunakan mesin CTG akan membantu untuk memperlihatkan perbedaan 3 jenis deselerasi.

*** Dengan menggunakan mesin CTG, tidak adanya ‘beat-to-beat variation’ dapat diketahui.

Sering ditemukan adanya kombinasi beberapa jenis pola DJJ a.l baseline bradikardi dengan deselerasi lambat. Sering pula ditemukan adanya perubahan pola DJJ dari waktu ke waktu a.l deselerasi dini yang berubah menjadi deselerasi lambat.

3.15 BAGAIMANAKAH POLA DETIK JANTUNG JANIN YANG NORMAL?

  • Selama dan pasca kontraksi uterus tidak terdapat deselerasi.
  • Nilai baseline frekuensi DJJ = 100 - 160 bpm (bpm=beats per minute)

3.16 APA YANG DIMAKSUD DENGAN DESELERASI DINI?

Deselerasi dini ditandai dengan pelambatan frekuensi DJJ pada saat permulaan kontraksi uterus dan kembali ke nilai normal pada akhir kontraksi uterus. Deselerasi dini umumnya disebabkan oleh kompresi kepala sehingga terjadi stimulasi vagal dan manifestasinya adalah penurunan frekuensi DJJ.

Gambar 1. Deselerasi dini - early deceleration.

image

clip_image002

3.17 APA ARTI PENTING DARI DESELERASI DINI ?

Deselerasi dini tidak menunjukkan adanya gawat janin. Akan tetapi data ini merupakan indikasi untuk melakukan pengamatan janin secara lebih cermat oleh karena resiko terjadinya gawat janin akan meningkat.

*** Bila terjadi deselerasi dini, terdapatnya pola ‘beat-to-beat variation’ menunjukkan bahwa janin tidak mengalami hipoksia.

3.18 APA YANG DIMAKSUD DENGAN DESELASI LAMBAT ?

Deselerasi lambat adalah penurunan frekuensi DJJ selama kontraksi uterus dan frekuensi DJJ akan kembali ke nilai normal ≥ 30 detik setelah kontraksi uterus berakhir.

*** Dengan menggunakan mesin CTG, deselerasi lambat dikenali bila titik terendah deselerasi terjadi ≥ 30 detik setelah puncak kontraksi uterus.

3.19 APA ARTI PENTING DESELERASI LAMBAT?

Deselerasi lambat adalah tanda adanya GAWAT JANIN dan disebabkan oleh hipoksia. Derajat tingkat penurunan frekuensi DJJ bukan nilai penting untuk menegakkan diagnosa GAWAT JANIN.

DESELERASI LAMBAT ADALAH TANDA ADANYA GAWAT JANIN

Gambar 2. Deselerasi lambat – ‘ A late deceleration’

image

clip_image002[5]

3.20 APA YANG DIMAKSUD DENGAN DESELERASI VARIABEL ?

Deselerasi variabel tidak memiliki kaitan tetap dengan kontraksi uterus. Dengan demikian maka pola deselerasi berubah dari waktu ke waktu. Deselerasi variabel biasanya disebabkan oleh kompresi talipusat dan bukan merupakan tanda gawat janin. Akan tetapi, adanya deselerasi variabel ini merupakan indikasi untuk melakukan observasi ketat oleh karena janin akan berada pada resiko tinggi menderita gawat janin.

*** Deselerasi variabel yang disertai dengan hilangnya ‘beat-to-beat variation’ menandakan adanya gawat janin.

*** ‘Beat-to-beat variation’ (atau disebut pula dengan variabilitas) diketahui dengan menggunakan mesin CTG. Perubahan pada nilai dasar (baseline) frekuensi DJJ ditentukan dalam jangka waktu 1 menit. Variasi normal adalah ≥ 5 denyut permenit sehingga terlihat gambaran hasil CTG yang bergerigi. Hilang atau berkurangnya ‘beat to beat variation’ sampai dibawah 5 denyut permenit akan memberikan gambaran hasil CTG yang datar dan keadaan ini menunjukkan adanya gawat janin. Akan tetapi gambaran hasil CTG yang ‘flat’ juga dapat terlihat pada ‘sleeping baby’, pemberian analgesik (morfin, pethidine) atau sedatif (fenobarbital).

Gambar 3. Deselerasi variabel – The Variable decelerations.

image

clip_image002[7]

clip_image002[9]

3.21 APA YANG DIMAKSUD DENGAN BASELINE TAKIKARDIA?

Nilai dasar frekuensi DJJ ≥ 160 denyut permenit

3.22 APA PENYEBAB DARI BASELINE TAKIKARDIA?

  1. Demam.
  2. Kelelahan ibu.
  3. Pemberian Hexoprenaline (Ipradol) administration.
  4. Chorioamnionitis (infeksi plasenta dan selaput membran).
  5. Fetal haemorrhage atau anaemia.

3.23 APA YANG DIMAKSUD DENGAN BASELINE BRDIKARDIA?

Nilai dasar frekuensi DJJ ≤ 100 denyut permenit.

3.24 APA PENYEBAB BASELINE BRADIKARDIA?

Base line bradikardia menunjukkan adanya gawat janin yang diakibatkan oleh hipoksia berat. Bila juga disertai dengan deselerasi maka baseline bradikardia menandakan bahwa janin akan mati.

3.25 BAGAIMANA ANDA MENILAI KONDISI JANIN BERDASARKAN POLA DJJ?

  1. Kondisi janin NORMAL bila gambaran pola DJJ adalah normal.
  2. Kondisi janin MERAGUKAN bila gambaran pola DJJ menunjukkan adanya peningkatan resiko gawat janin.
  3. Kondisi janin ABNORMAL bila gambaran pola DJJ memperlihatkan adanya GAWAT JANIN.

3.26 BAGAIMANA SEHARUSNYA GAMBARAN POLA DJJ PADA PERSALINAN?

Terdapat nilai dasar DJJ yang normal ( 100 – 160 dpm) tanpa disertai deselerasi.

3.27 POLA DJJ APA YANG MENUNJUKKAN BAHWA JANIN BERADA PADA RESIKO TINGGI UNTUK MENGALAMI GAWAT JANIN SELAMA PERSALINAN?

  • Deselerasi dini.
  • Deselerasi Variabel.
  • Baseline tachycardia.

Pola diatas memang tidak mengindikasikan adaya Gawat Janin akan tetapi merupakan petunjuk untuk melakukan observasi ketat oleh karena kemungkinan akan segera terjadi Gawat Janin.

*** Bila tersedia alat pantau terus menerus maka gambaran diatas merupakan indikasi untuk melakukan pemantauan frekuensi DJJ secara berkelanjutan – continous fetal heart rate monitoring.

3.28 POLA DENYUT JANTUNG JANIN YANG MENGINDIKASIKAN ADANYA GAWAT JANIN SELAMA PERSALINAN?

  1. DESELERASI LAMBAT - Late decelerations.
  2. Nilai dasar bradikardia - A baseline bradycardia.

*** Dengan menggunakan mesin CTG maka hilangnya ‘beat-to-beat variation’ selama lebih dari satu jam menandakan adanya gawat janin.

3.29 BAGAIMANA CARA MELAKUKAN OBSERVASI POLA DJJ SELAMA PERSALINAN?

Frekuensi DJJ harus diperiksa sebelum – selama dan sesudah kontraksi uterus. Pertanyaan berikut harus dijawab dan dicatat kedalam partogram :

  • Berapa nilai dasar frekuensi DJJ ?
  • Apakah terdapat pola DJJ DESELERASI?
  • Bila terdapat gambaran deselerasi, apakah gambaran tersebut BERHUBUNGAN dengan kontraksi uterus?
  • Bila pola DJJ abnormal, bagaimana penanganan pasien selanjutnya?

3.30 BAGAIMANAKAN POLA DJJ YANG MENUNJUKKAN BAHWA KONDISI JANIN DALAM KEADAAN BAIK?

  1. Nilai dasar frekuensi DJJ dalam batas normal.
  2. Tidak terdapat DESELERASI.

3.31 APA YANG HARUS DILAKUKAN BILA TERJADI FETAL BRADYCARDIA ?

Pada keadaan ini terjadi Gawat Janin akibat hipoksia !

Dengan demikian maka saudara harus melakukan hal – hal berikut ini :

    1. Singkirkan kemungkinan penyebab bradikardia a.l miringkan pasien untuk mengatasi kemungkinan supine hypotension dan hentikan infuse oksitosin (bila sedang diberikan) untuk mencegah overstimulasi uterus.
    2. Bila bradikardia masih menetap, segera lakukan resusitasi intrauterin (sungkup oksigen dan tidur miring kiri) dan segera lakukan tindakan emergensi untuk segera melahirkan janin.

3.32 APA YANG HARUS DIKERJAKAN BILA TERJADI DESELERASI?

Pertama kali adalah melihat adanya hubungan antara deselerasi dengan kontraksi uterus untuk menentukan jenis deselerasi tersebut. Selanjutnya, lakukan penatalaksanaan berikut :

  1. Pada deselerasi dini atau deselerasi variabel, pola DJJ merupakan petunjuk bahwa janin berada pada resiko tinggi mengalami gawat janin dan lakukanlah observasi DJJ secara ketat (setiap 15 menit) .
  2. Pada deselerasi lambat lakukan tindakan seperti yang tercantum pada item no 3.31 (fetal bradikardia) .

Hasil observasi DJJ harus dicatat pada partogram seperti terlihat pada gambar dibawah. Catatan mengenai langkah penatalaksanaan juga harus dicantumkan dibawah sub judul “management” pada partogram.

Gambar 4. Pencatatan hasil observasi janin kedalam partogram.

image


CAIRAN AMNION


3.33 APAKAH CAIRAN AMNION YANG BERCAMPUR MECONUM SERING TERJADI PADA KEHAMILAN?

Ya, pada 10 – 20% kasus persalinan cairan amnion berwarna kuning atau hijau akibat bercampur dengan mekonium. Kejadian ini semakin sering ditemukan pada kasus persalinan lewat bulan ( kehamilan post matur atau lewat 42 minggu )

3.34 APAKAH PENTING DIBEDAKAN GRADASI KEKENTALAN DAN WARNA HIJAU PADA CAIRAN AMNION?

Meskipun komplikasi janin atau neonatus lebih sering terjadi pada kwalitas cairan amnion yang hijau kental dibandingkan kwalitas cairan amnion yang biasa dan berwarna kuning kehijauan, penatalaksanaan persalinan kala I pada semua kasus persalinan dengan air ketuban yang bercampur mekonium tanpa memandang kwalitas cairan ketuban adalah sama.

3.35 APA ARTI PENTING DARI ADANYA MEKONIUM DALAM CAIRAN KETUBAN?

  1. Cairan ketuban yang bercampur mekonium menandakan bahwa janin pernah atau sedang mengalami hipoksia. Dengan demikian maka keadaan ini merupakan indikasi untuk mengetahui apakah janin sedang mengalami Gawat Janin atau beresiko tinggi mengalami gawat janin.
  2. Terdapat bahaya terjadinya aspirasi mekonium saat persalinan.

CAIRAN KETUBAN YANG BERCAMPUR MEKONIUM MERUPAKAN PETUNJUK BAHWA JANIN SEDANG ATAU PERNAH MENGALAMI GAWAT JANIN

KEADAAN INI MERUPAKAN PERTANDA ADANYA RESIKO TINGGI UNTUK TERJADINYA GAWAT JANIN

3.36 BAGAIMANAKAH ANDA MELAKUKAN OBSERVASI PADA JANIN PADA PERSALINAN KALA I BILA CAIRAN AMNION BERCAMPUR MEKONIUM?

  • Dengarkan DJJ secara teliti, apakah terdapat deselerasi lambat ? Bila terdapat deselerasi lambat maka janin berada dalam keadaan GAWAT JANIN.
  • Bila tidak terjadi deselerasi lambat, lakukan observasi ketat selama persalinan mengingat bahwa sekitar 30% janin dengan cairan amnion bercampur mekonium akan menderita gawat janin.

*** Bila tersedia monitoring elektronik, lakukan pengamatan denyut jantung janin secara berkelanjutan – continous fetal heart rate monitoring.

3.37 BAGAIMANA PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA II BILA CAIRAN KETUBAN BERCAMPUR MEKONIUM?

  1. Segera setelah kepala lahir, mulut dan jalan nafas anak harus dibersihkan sebelum bahu dan dada lahir (sebelum bayi menangis). Ini harus dikerjakan baik pada persalinan pervaginam atau per abdominal (sc) .
  2. Lakukan antisipasi untuk mempersiapkan resuitasi neonatus saat persalinan. Bila neonatus menderita asfiksia berat maka harus dikerjakan intubasi. Lakukan pembersihan jalan nafas dengan memasang tabung endotracheal sebelum memberikan pernafasan buatan.

3.38 KAPAN DAN BAGAIMANA MELAKUKAN PENCATATAN HASIL PEMERIKSAAN CAIRAN AMNION?

Digunakan 3 simbol untuk mencatat kwalitas cairan amnion :

I = Selaput ketuban intak (i.e.tidak keluar cairan ketuban).

C = Cairan ketuban jernih.

M = Cairan ketuban bercampur mekonium.

Hasil pemeriksaan dicatat kedalam partogram pada tempat yang sudah tersedia.

Lakukan pencatatan mengenai cairan ketuban saat :

  1. Selaput ketuban pecah.
  2. Melakukan vaginal toucher.
  3. Ditemukan adanya perubahan warna air ketuban ( misalnya bila cairan ketuban menjadi bercampur dengan mekonium)

PROBLEMA KASUS

KASUS 1

Primigravida inpartu dengan kontraksi uterus tidak adekwat sehingga diterapi dengan oksitosin drip. Setelah itu, kontraksi uterus berlangsung dengan durasi sekitar 40 detik. Pada posisi miring, detik jantung janin menunjukkan adanya deselerasi lambat. .

1. Apa yang dikhawatirkan akan terjadi pada pasien ini?

Deselerasi lambat menunjukkan adanya gawat janin.

2. Apakah janin harus segera dilahirkan?

Tidak. Penyebab buruknya oksigenasi yang mungkin diperbaiki harus diatasi terlebih dulu seperti misalnya postural hypotension atau overstimulasi. Setelah itu. Nilai ulang pola detik jantung janin.

3. Setelah oksitosin drip dihentikan, kontraksi uterus menjadi jarang dan tidak terjadi deselerasi. Apa yang harus dilakukan selanjutnya?

Nampaknya oversitimulasi merupakan penyebab terjadinya deselerasi lambat maka persalinan diharapkan akan dapat berlanjut secara normal. Akan tetapi, dalam hal ini observasi ketat terhadap pola DJJ harus terus dikerjakan terutama bila diputuskan untuk melanjutkan pemberian oksitosin. Denyut jantung janin harus diobservasi setiap 15 menit atau dilakukan pemeriksaan dengan CTG.

KASUS 2

Pasien hamil 38 minggu dengan perdarahan antepartum. Pada pemeriksaan suhu tubuh 36.80C , frekuensi denyut nadi 116 per menit, tekanan darah 120 / 80 mmHg dan abdomen tegang.

Nilai dasar DJJ = 166 kali per menit. Frekuensi DJJ turun menjadi 133 dpm selama kontraksi uterus dan kembali kembali ke nilai dasar 35 detik setelah kontraksi uterus berakhir.

1. Hasil observasi maternal mana yang abnormal dan apa penyebab dari temuan klinis yang abnormal tersebut?

Perdarahan antepartum.

Frekuensi denyut nadi ibu yang tinggi (116 x per menit ) dan adanya abdomen yang tegang.

Keadaan ini mungkin disebabkan oleh solusio plasenta.

2. Hasil observasi janin yang abnormal?

  • Base line tachycardia
  • Deselerasi lambat

3. Bagaimana anda dapat mengetahui terjadinya deselerasi lambat ?

Deselerasi berlangsung lebih dari 30 detik setelah kontraksi uterus berakhir.

Observasi ini menunjukkan adanya gawat janin. Besar penurunan frekuensi denyut jantung janin tidak mempengaruhi penatalaksanaan.

4. Mengapa solusio plasenta dapat menyebabkan gawat janin?

Pada kasus solusio plasenta, sebagian atau seluruh permukaan plasenta terlepas dari dinding uterus akibat adanya hematoma retroplasenta sehingga aliran darah ke janin berkurang atau bahkan dapat terhenti sama sekali.

KASUS 3

Pada persalinan kala I, cairan amnion seorang pasien bercampur mekonium sehingga berwarna kehijauan. Pola detik jantung janin terdengar normal dan kemajuan persalinan berlangsung dengan baik.

1. Apa arti penting perubahan warna cairan amnion?

Adanya mekonium pada cairan ketuban menunjukkan bahwa janin sedang atau pernah mengalami hipoksia (saat ini beresiko tinggi menderita gawat janin).

2. Dapatkan mekonium merupakan tanda terjadinya gawat janin?

Ya. Kejadian mekonium dalam cairan amnion merupakan petunjuk bahwa sedang atau pernah terjadi gawat janin. Atau pasien saat ini sedang ber resiko tinggi akan menderita gawat janin. Penatalaksanaan tidak tergantung apakah cairan amnion berwarna kehijauan atau hijau keruh dan kental.

3. Bagaimana anda memastikan bahwa janin sedang menderita gawat janin ?

Dengan mendengarkan detik jantung janin. Adanya deselerasi lambat atau bradikardia menunjukkan adanya gawat janin.

4. Bagaimana melakukan observasi janin pada persalinan yang masih sedang berlangsung?

Pola denyut jantung janin ditentukan dengan mendengarkan DJJ setiap 15 menit dalam upaya untuk menentukan ada tidaknya gawat janin.

5. Persiapan untuk janin yang harus dilakukan pada saat persalinan?

Mulut dan faring harus segera dibersihkan setelah kepala anak lahir. Bila setelah persalinan anak tidak segera bernafas maka harus dilakukan intubasi dan pembersihan jalan nafas lebih lanjut sebelum memberikan pernafasan bantuan.




Reviwed : dr.Bambang Widjanarko,SpOG

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terimakasih dokter, postingan nya sangat bermanfaat...

Posting Komentar