Pages

Minggu, 14 Juni 2009

Ketrampilan Komunikasi Medis



Ketrampilan Komunikasi

dalam

Praktek Konsultasi Medis


dr.Bambang Widjanarko, SpOG

Seorang dokter akan mengalami kesulitan saat membuat diagnosa dan menentukan strategi penatalaksanaan yang efektif bila dia tidak mampu memahami perasaaan atau keluhan pasien. Ketidakmampuan dokter tersebut akan menyebabkan dokter maupun pasien tidak memperoleh kepuasan akibat tidak adanya perasaan saling mempercayai satu sama lain.

Faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi antara dokter dan pasien adalah :

Faktor Psikologis : persepsi dan penafsiran terhadap stimulus yang ada ditentukan oleh tingkatan emosi dan sifat pribadi seseorang.

Faktor Biofisikal : Pendengaran , pengelihatan dan keseimbangan biokimiawi yang ada.

Faktor Psikofisikal : Status fisik dan mental yang saling berkaitan ( penyalah gunaan obat dan kemampuan dalam mengekspresi diri dan perubahan tingkat kewaspadaan seseorang).

Faktor Sosiokultural : Hal-hal yang bersifat kultural, ras, klas sosial, nilai-nilai yang dianut serta kepercayaan.

Komunikasi yang efektif terutama terletak pada kemampuan dokter untuk “membaca” (mendengar , mengerti dan memahami) pasien secara individu, mampu menilai kondisi pasien, dan mampu menyampaikan pesan kepada pasien sesuai dengan lokasi, waktu dan maksud dari interaksi yang sedang berlangsung.

Kemampuan melakukan komunikasi secara efektif bukan semata-mata merupakan ciri khas atau pembawaan seorang dokter, sebagian besar dari kemampuan tersebut merupakan perilaku yang dapat dipelajari.

Ketrampilan komunikasi dapat dipelajari dengan lebih efisien bila seseorang telah mengetahui pengetahuan dasar komunikasi yang berkaitan sebelum melakukan praktek ketrampilan.

Proses pendidikan ilmu kedokteran memberikan perhatian khusus dalam pengembangan ketrampilan komunikasi sehubungan dengan konsultasi medis.

Saat ini, pendidikan kedokteran telah menyadari bahwa ketrampilan komunikasi pribadi meupakan unsur dasar dalam memperbaiki kualitas wawancara medis.

Kualitas komunikasi klinis telah terbukti berhubungan secara positif dengan outcome kesehatan ; sebagai contoh, tekanan darah akan menurun secara bermakna pada pasien memperoleh kesempatan untuk menyampaikan keluhannya secara lengkap tanpa interupsi dokter saat melakukan kunjungan medis.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi yang efektif akan membawa dokter pada pembuatan diagnosa yang lebih tepat, investigasi dan terapi yang tepat dan meningkatkan derajat kepuasan serta pemenuhan kebutuhan dari pasien ; dengan demikian komunikasi yang efektif diharapkan akan dapat mengurangi tuntutan malpraktek serta memberi kepuasan bagi penyedia jasa layanan medis yang bersangkutan.


Teori dan Penerapan Medis dalam hal Komunikasi Verbal dan non-Verbal

Interaksi komunikasi terdiri dari penyampaian pesan verbal dan non-verbal.

Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah penggunaan kata-kata dalam menyampaikan pikiran, perasaan dan informasi.

Kesalahan utama dalam penyampaian kata-kata adalah digunakannya istilah medis yang hanya diketahui oleh profesi medis saja dan tidak dimengerti sama sekali oleh pasien. Penggunaan istilah medis hanya boleh digunakan pada pasien yang faham tentang hal itu dan tidak boleh digunakan pada pasien secara umum.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat pemahaman pasien adalah volume informasi yang disampaikan.

Penyedia layanan kesehatan harus memberi kesempatan pada pasien untuk mengingat pesan-pesan yang telah disampaikan.

Pada umumnya pasien hanya dapat mengingat 3 hal utama pada setiap kali pertemuan. Adalah hal yang sangat menguntungkan bila dapat disediakan sebuah informasi tertulis mengenai cara menegakkan diagnosa dan rekomendasi medis.

Komunikasi non-Verbal

Komunikasi non-verbal adalah isyarat yang berlangsung secara sadar atau tidak sadar berupa tingkah laku yang menyatakan fikiran, perasaan atau petunjuk.

Komunikasi non-verbal dapat berguna dalam :

Menunjukkan emosi.

Menunjukkan sikap.

Membentuk dan mempertahankan hubungan sosial.

Mendukung komunikasi verbal.

Komunikasi verbal dan non-verbal dapat membantu dokter untuk menunjukkan perhatian dan keperdulian terhadap pasien.

Dengan menunjukkan perhatian, melakukan kontak mata, mendengarkan dan bertanya secara baik dan menunjukkan pengertian dan empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dan dianggap penting.

Sikap non-verbal yang menunjukkan adanya perhatian dan kepedulian terhadap pasien antara lain adalah : nada bicara, sikap, perhatian, senyuman, mendengarkan dengan seksama, posisi duduk antara dokter dan pasien pada ketinggian yang sama


Masalah Penting Mengenai Keputusan Berbasis Konsultasi

  1. Hak pasien untuk memperoleh informasi dan mengambil keputusan sendiri.
  2. Hak dalam masalah reproduksi (memutuskan jumlah anak yang dikehendaki, jarak antar kelahiran dan waktu kehamilan).
  3. Keputusan berbasis informasi (informed decision) merupakan pernyataan mendasar dari hak reproduksi dan seksual dari individu.
  4. Lima unsur dasar penting untuk mendukung pengambilan keputusan berbasis konsultasi:

Tersedianya pilihan pelayanan.

Proses pengambilan keputusan secara sukarela.

Pasien memperoleh informasi yang benar.

Terjaminnya interaksi yang baik antara dokter dengan pasien.

Dukungan dalam membuat keputusan medik

Saat melakukan konsultasi medis, dokter harus mengetahui seluruh kebutuhan individual pasien.

Dokter yang bekerja diklinik antenatal biasanya berhubungan dengan pasien yang telah menikah dan akan menemui hambatan dalam melakukan komunikasi dengan pria atau remaja yang belum menikah.

Kendala budaya menambah tingkat kesulitan dalam membahas masalah seputar seksual pada lawan jenis (dokter wanita) dan remaja pria yang belum menikah.

Kendala komunikasi diatas akan menimbulkan permasalahan pada kaum pria dan remaja yang memerlukan layanan konsultasi secara terpadu.

Mereka sering tidak dapat memperoleh informasi atau pelayanan yang diperlukan agar terlindung dari kehamilan yang tidak diharapkan atau infeksi saluran reproduksi dan HIV.

A. Pendekatan GATHER

Pendekatan GATHER sudah lama digunakan dalam konsultasi pelayanan Keluarga Berencana untuk membentuk klien memilih metode kontrasepsi yang paling baik dan sesuai.

GATHER merupakan singkatan dari :

  • Greet (salam) – berikan salam dalam sikap bersahabat pada klien segera ketika berjumpa. Buatlah klien merasa nyaman dengan menanyakan hal-hal yang sederhana.
  • Ask (tanya) – apa dan bagaimana seorang konselor dapat membantu klien. Bertanyalah mengenai masalah mereka, gunakan nada suara yang mengisyaratkan keperdulian, perhatian dan keakraban terhadap mereka.
  • Tell (tanggapan) – Berikan tanggapan dan respon terhadap kebutuhan klien
  • Help (bantu) – bantulah klien dalam membuat keputusannya sendiri
  • Explain (jelaskan)
  • Return (kembali) – ingatkan klien dengan memberikan pesan-pesan tertentu yang penting

B. Pendekatan REDI

Dikenal 4 tahapan REDI yaitu :

  • Tahap 1 : Rapport Building (membina hubungan)

Menyambut kedatangan klien.

Membuat pendahuluan.

Memperkenalkan topik bahasan.

Menjanjikan kerahasiaan.

  • Tahap 2 : Exploration (eksplorasi)

Mendapatkan informasi mengenai kebutuhah klien, resiko kehidupan seksual, kehidupan sosial dan lingkungan.

Menggali tingkat pemahaman klien dan berikan informasi yang diperlukan.

Bantu klien dalam memahami kehamilannya atau resiko dari menderita HIV atau PMS.

  • Tahap 3 : Decision Making (pengambilan keputusan)

Identifikasi keputusan yang diperlukan klien.

Identifikasikan pilihan-pilihan klien dalam mengambil keputusan.

Berikan penjabaran dari keutnungan, kerugian dan konsekuensi dari setiap pilihan.

Bantu klien untuk mengambil keputusan yang realistik.

  • Tahap 4 : Implementing of Decision (pelaksanaan keputusan)

Buatlah rencana nyata dan spesifik untuk menjalankan keputusan.

Identifikasi ketrampilan yang diperlukan klien dalam menjalankan keputusannya.

(bila perlu) Bantulah dalam memperoleh ketrampilan praktis yang diperlukan.

Buatlah rencana tindak – lanjut.


Sumber bacaan :

Departemen Kesehatan RI : “Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi Manusia dan Keadilan Gender” Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.Direktorat Bina Kesehatan Keluarga 2004

Association of Reproductive Health Profesionals : Comunications in Reproductive Health Curriculum 2nd ed 2005. http://www.arhp.org/publication diakses pada tanggal 22 Januari 2006


dr.Bambang Widjanarko, SpOG

Email : bwrko@yahoo.co.id

dodo.widjanarko@gmail.com


0 komentar:

Posting Komentar