Pages

Jumat, 19 Juni 2009

Unit 2 : Persalinan Kala I – Observasi Ibu

PANDUAN PENDIDIKAN PERINATAL

Unit 2 :

Modul PERSALINAN KALA I – OBSERVASI IBU


TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan modul PENGAMATAN IBU PADA PERSALINAN KALA I ini, mahasiswa memiliki kemampuan untuk :

  1. Mengamati kondisi ibu selama persalinan kala I.
  2. Mencatat hasil observasi klinik pada partogram.
  3. Menjelaskan arti klinik dari hasil observasi .
  4. Melakukan penatalaksanaan pada kelainan yang ditemukan.

2.1 APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERSALINAN KALA I ?

Persalinan kala I adalah tahapan persalinan dimana kontraksi uterus mulai terjadi secara teratur dan disertai dengan dilatasi dan pendataran servik sampai tercapainya dilatasi servik yang lengkap.

2.2 PENGAMATAN APA YANG HARUS DILAKUKAN PADA PERSALINAN KALA I?

  1. Keadaan IBU.
  2. Keadaan JANIN.
  3. Kemajuan proses persalinan.

2.3 4 JENIS PERTANYAAN APA YANG BERKAITAN DENGAN OBSERVASI KEADAAN IBU PADA PERSALINAN KALA I?

  1. Seberapa sering observasi dikerjakan?
  2. Bagaimana cara mencatat hasil observasi?
  3. Apa arti klinik dari temuan hasil observasi?
  4. Apa yang harus dilakukan bila ditemukan adanya kelainan pada observasi?

2.4 APAKAH PARTOGRAM ITU ?

Partogram adalah kartu catatan yang memperlihatkan kemajuan persalinan sepanjang masa persalinan berlangsung. Selain itu, partogram juga memperlihatkan hasil observasi yang menggambarkan kondisi ibu dan anak. Semua hasil observasi dan tindakan pada persalinan kala I harus dicatat dalam partogram.

SEMUA HASIL OBSERVASI TIAP PASIEN PERSALINAN KALA I

HARUS DICATAT DI DALAM PARTOGRAM


2.5 HASIL OBSERVASI IBU APA YANG HARUS DICATAT KEDALAM PARTOGRAM?

Semua hasil pemeriksaan mengenai keadaan umum ibu seperti suhu tubuh, frekuensi denyut nadi, tekanan darah, volume urine dan hasil pemeriksaan kimia urine harus dicatat kedalam partogram.

  • Observasi keadaan janin dan
  • Observasi kemajuan proses persalinan.


2.6 BAGAIMANA MELAKUKAN PENILAIAN ATAS HASIL OBSERVASI?

Pada akhir observasi , pertanyaan berikut ini harus dijawab :

  • APAKAH SEMUA BERLANGSUNG NORMAL? Bila jawabannya TIDAK maka pertanyaan berikutnya adalah :
  • HASIL PENGAMATAN APA yang tidak normal dan MENGAPA tidak normal?
  • Akhirnya anda harus dapat menjawab pertanyaan ini : “ Apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi hal tersebut ?”

2.7 BAGAIMANA CARA MELAKUKAN PENGAMATAN KONDISI IBU?

Dengan melakukan observasi atas hal-hal berikut ini :

  1. Keadaan umum ibu
  2. Suhu tubuh
  3. Frekuensi denyut nadi
  4. Tekanan darah
  5. Produksi urine dan urinalisis untuk protein dan keton

KEADAAN UMUM PASIEN

2.8 APA GUNA OBSERVASI KEADAAN UMUM PASIEN PADA PERSALINAN KALA I

Bila keadaan umum pasien tidak normal maka biasanya akan dapat dijumpai temuan abnormal lain selama masa observasi.

2.9 KAPAN KITA MENYATAKAN BAHWA KEADAAN UMUM PASIEN DALAM BATAS NORMAL?

Pada persalinan kala I, selain pada saat kontraksi uterus umumnya pasien dalam keadaan tenang, santai dan tidak terlihat pucat. Saat kontraksi uterus berlangsung, frekuensi pernafasan meningkat dan pasien mengeluhkan adanya rasa nyeri. Diluar kontraksi uterus, pasien tidak merasakan adanya nyeri. Saat dilatasi servik lengkap atau hampir lengkap, pasien biasanya terlihat gelisah, mungkin mengeluh mual dan ingin meneran.

2.10 SEBERAPA SERING KITA MELAKUKAN OBSERVASI KEADAAN UMUM PASIEN?

Keadaan umum pasien harus senantiasa diobservasi.

2.11 KAPAN DIKATAKAN BILA KEADAAN UMUM PASIEN ABNORMAL?

Bila ditemukan hal-hal berikut ini :

  1. Kecemasan berlebihan
  2. Rasa nyeri yang hebat dan terus menerus
  3. Terlihat sangat lelah
  4. Dehidrasi
  5. Pucat (wajah dan mukosa)

2.12 APA PENYEBAB KECEMASAN BERLEBIHAN?

Kecemasan sering dijumpai pada primigravida yang :

  • Tidak dipersiapkan untuk menghadapi proses persalinan dan tidak mengenal suasana kamar bersalin
  • Sendirian dan tidak disertai dengan teman atau anggauta keluarga
  • Tidak dapat berkomunikasi karena hambatan bahasa atau panca indra.

2.13 APA YANG HARUS SAUDARA KERJAKAN BILA PASIEN TERLIHAT SANGAT CEMAS DAN MENGELUH NYERI HEBAT SAAT KONTRAKSI UTERUS ?

  • Pasien harus memperoleh suasana yang nyaman dan tenang. Bila memungkinkan mintalah dia untuk memilih saudara/ teman pendamping dalam kamar bersalin.
  • Tawarkan penghilang rasa sakit.

2.14 APA PENYEBAB TERJADINYA RASA SAKIT BERLEBIHAN PADA PERSALINAN KALA I?

Nyeri berlebihan dan terus menerus kadang-kadang menunjukkan adanya komplikasi seperti misalnya :

  • Solusio plasenta
  • Ruptura uteri
  • Infeksi (pielonefrituis akuta, korioamnionitis atau apendisitis akuta)

2.15 KAPAN PENDERITA DAPAT MENGALAMI RASA LETIH BERLEBIHAN ATAU DEHIDRASI?

Saat persalinan berlangsung lama (prolonged labour) akibat gangguan imbang sepalopelvik (CEPHALOPELVIC DISPROPROTION-CPD).

2.16 APA PENYEBAB WAJAH ATAU MUKOSA YANG PUCAT?

Keadaan tersebut dapat terjadi oleh karena :

  • Anemia kronis (defisiensi zat besi, malaria dsbnya)
  • Kehilangan darah (plasenta previa, solusio plasenta atau ruptura uteri)

2.17 DIMANA ABNORMALITAS KEADAAN UMUM PASIEN DICATAT?

Bila keadaan umum pasien menjadi tidak normal maka keadaan ini harus dicatat pada di bagian bawah partogram.


TEMPERATURE

2.18 APA YANG DIMAKSUD DENGAN SUHU TUBUH NORMAL?

Rentang normal suhu tubuh adalah antara 360C – 37.60C. Dengan demikian maka suhu diatas 37.60C dianggap abnormal (pireksia)

2.19 SEBERAPA SERING SUHU TUBUH DIUKUR?

Setiap 4 jam, kecuali bila ada alasan tertentu maka pengkuran dilakukan lebih sering.

2.20 BAGAIMANA HASIL PENGUKURAN SUHU TUBUH DICATAT?

Suhu tubuh dicatat pada kolom khusus yang sudah tersedia di partogram.

2.21 APA PENYEBAB PIREKSIA SELAMA PERSALINAN?

2 jenis penyebab kenaikan suhu tubuh pasien :

  • INFEKSI: Dapat berasal dari saluran urogenitalis misalnya pielonefritis akut atau korioamnionitis.
  • KELELAHAN IBU : Dehidrasi ibu dapat menyebabkan pireksia.

2.22 BAGAIMANA PENATALAKSANAAN MATERNAL PIREKSIA?

  1. Penyebab tingginya suhu tubuh harus dicari dan diterapi. Kemungkinan hal itu disebabkan oleh pielonefritis akut, korioamnionitis atau kelelahan. Suhu tubuh tinggi dapat pula dsebabkan oleh infeksi yang tidak berhubungan dengan kehamilan misalnya pneumonia, infeksi virus, malaria dsbnya.
  2. Diberikan penurun suhu tubuh misalnya parasetamol.

2.23 APA BAHAYA PIREKSIA ?

  1. Terhadap IBU : Suhu tubuh sendiri tidak menimbulkan resiko. Namun bila pireksia disebabkan oleh infeksi maka infeksi inilah yang menyebabkan bahaya pada ibu sehingga dapat menyebabkan berlangsungnya proses persalinan.
  2. Terhadap JANIN : Suhu tubuh ibu yang tinggi menyebabkan takikardia. Akan dapat terjadi persalinan preterm dengan komplikasi imaturitas neonatus. Bila pireksia adalah akibat korioamnionitis maka janin akan berresiko tinggi menderita infeksi dan menyebabkan pneumonia.

FREKUENSI DENYUT NADI

2.24 BERAPA FREKUENSI DENYUT NADI NORMAL?

Rentang normal frekuensi denyut nadi adalah 80 sampai 100 denyut per menit.

2.25 KAPAN ANDA MELAKUKAN PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT NADI ?

Pada persalinan kala I fase laten frekuensi denyut nadi dimonitor setiap 2 jam dan fase aktif setiap jam

2.26 BAGAIMANA MELAKUKAN PENCATATAN FREKUENSI DENYUT NADI?

Frekuensi denyut nadi dicatat di kolom khusus pada partogram

2.27 APA PENYEBAB PENINGKATAN FREKUENSI DENYUT NADI?

Penyebab peningkatan frekuensi denyut nadi paling sering adalah :

  • Kecemasan.
  • Nyeri
  • Demam.
  • Kelelahan.
  • Shock.

2.28 APA YANG HARUS DILAKUKAN TERHADAP PENDERITA TAKIKARDIA?

Etiologi takikardia harus dicari dan diatasi.


TEKANAN DARAH

2.29 BERAPA TEKANAN DARAH NORMAL?

Rentang normal tekanan darah diatas 100/60 mmHg namun dibawah 140 / 90 mmHg.

2.30 KAPAN SAUDARA MELAKUKAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH?

Pada persalinan kala I fase laten, tekanan darah di periksa setiap 2 jam dan pada fase aktif setiap jam.

2.31 BAGAIMANA MENCATAT HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH?

Hasil pengukuran tekanan darah dicatat pada kolom khusus yang sudah disediakan didalam partogram.

2.32 APA PENYEBAB KENAIKAN TEKANAN DARAH?

  1. Rasa cemas.
  2. Rasa nyeri.
  3. Penderita tekanan darah tinggi dalam kehamilan.

2.33 APA PENYEBAB TEKANAN DARAH RENDAH (HIPOTENSI) ?

  1. Beberapa pasien dalam keadaan normal sudah memiliki tekanan darah rendah. Oleh karena itu hasil pengukuran tekanan darah harus dibandingkan dengan data yang diperoleh saat kunjungan antenatal.
  2. Tekanan uterus pada vena cava inferior saat telentang akan menurunkan aliran balik vena (venous return) kejantung sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah. Keadaan ini disebut sebagai supine hypotension.
  3. Renjatan: Dalam kehamilan atau persalinan umumnya disebabkan oleh perdarahan hebat.

2.34 APA BAHAYA HIPOTENSI

  • Terhadap IBU : Bila hipotensi merupakan akibat dari renjatan maka ibu akan dihadapkan pada bahaya kerusakan ginjal berat. Hipotensi hebat dan tidak diatasi secara cepat akan menyebabkan kematian ibu dan anak.
  • Terhadap JANIN : Penurunan tekanan darah menyebabkan penurunan darah plasenta sehingga pasokan oksigen pada janin terganggu dan ini dapat menyebabkan gawat janin sampai kematian janin.

2.35 APA YANG HARUS DILAKUKAN PADA PENDERITA HIPOTENSI?

  • Pastikan penyebab hipotensi
  • Bila disebabkan oleh supine hypotension, maka pasien harus tidur miring. Tekanan darah akan kembali normal dalam waktu 1 – 2 menit. Setelah itu, DJJ harus diperiksa ulang.
  • Bila disebabkan oleh perdarahan, maka harus dilakukan resusitasi dan usaha untuk menghentikan perdarahan.

2.36 BAGAIMANA MENGENALI KEJADIAN RENJATAN (SYOK)?

Gejala dan tanda renjatan :

  • Takikardia.
  • Hipotensi.
  • Kulit dingin dan basah.

2.37 APA PENYEBAB UTAMA RENJATAN PADA KALA I?

  • Renjatan pada persalinan kala I hampir selalu disebabkan oleh perdarahan. Misalnya akibat :
    • Solusio plasenta.
    • Plasenta praevia.
    • Ruptura uteri.
  • Harus selalu dipertimbangkan kemungkinan infeksi sebagai penyebab syok (SYOK SEPTIK).


URINE

2.38 JENIS PEMERIKSAAN URINE PADA PERSALINAN?

  1. Volume.
  2. Protein.
  3. Ketones.

Derajat proteinuria dan ketonuria ditentukan dengan menggunakan ‘reagent strip’

2.39 KAPAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN URINE?

  • Setiap 4 jam pada persalinan kala I fase laten.
  • Setiap 2 jam pada persalinan kala I fase aktif.
  • Setiap kali pasien buang air kecil

2.40 BAGAIMANA MENCATAT HASIL PEMERIKSAAN URINE?

Hasil pemeriksaan dicatat pada partogram.

  • Volume dalam ml.
  • Protein dan ketones dicatat sebagai 0 bila negatif dan 1+ to 4+ bila positif.

Hasil pemeriksaan urine dicatat pada partogram.

2.41 KRITERIA OLIGURIA?

Produksi urine kurang dari 25 ml per jam

2.42 APA PENYEBAB OLIGURIA?

  • Dehidrasi.
  • Severe pre-eclampsia.
  • Renjatan

Penderita diatas harus memperoleh observasi produksi urine secara ketat dan sebaiknya dilakukan pemasangan kateter tetap (dauer catheter/indwelling catheter)

*** Efek antidiuretik dari oksitosin juga dapat menyebabkan oliguria.

Penyebab oliguria harus dicari dan diatasi.

2.43 BAGAIMANA CARA MEMENUHI KEBUTUHAN CAIRAN SELAMA PERSALINAN?

Pada persalinan pervaginam, pasien diminta untuk minum atau makan makanan cair selama persalinan kala I fase laten.


SELAMA PERSALINAN PASOKAN CAIRAN TUBUH HARUS MEMADAI DAN BILA PERLU DAPAT DIBERIKAN SECARA INTRA VENA.


Pada persalinan sectio caesar, oleh karena pasien diminta puasa maka cairan dan energi diberikan melalui cairan infuse

2.44 APA ARTI PENTING PROTEINURIA?

Proteinuria merupakan tanda dari :

  • Pre-eclampsia.
  • Infeksi traktus urinarius.
  • Penyakit ginjal.

Pada kasus proteinuria harus selalu diperiksa kemungkinan adanya infeksi , namun infeksi tidak menyebabkan proteinuria > 1+. Proteinuria 2+ atau lebih hampir selalu mengindikasikan pre eklampsia atau penyakit ginjal.

2.45 BAGAIMANA PENATALAKSANAAN PROTEINURIA PADA PERSALINAN?

Penyebab proteinuria harus dicari dan diberikan mendapatkan penatalaksanaan yang memadai. Penatalaksanaan preeklampsia dan penatalaksanaan infeksi traktus urinarius akan dibahas pada unit modul tutorial khusus.

2.46 APA ARTI PENTING KETONURIA?

Ketonuria adalah peristiwa biasa dalam persalinan dan mungkin normal. Akan tetapi ketonuria dapat pula menunjukkan bahwa pasien menderita kelelahan hebat.

KELELAHAN IBU

‘Maternal exhaustion’ (KELELAHAN IBU) adalah terminologi yang digunakan untuk menunjukkan adanya kondisi klinis yang ditandai dengan dehidrasi dan kelelahan selama persalinan yang berlangsung terlalu lama (‘prolonged labour’). Hendaknya keadaan ini jangan dikacaukan dengan tampilan fisik akibat nyeri, cemas atau akibat renjatan.

2.47 BAGAIMANA MENGETAHUI BAHWA IBU MENDERITA KELELAHAN HEBAT?

Ibu yang menderita kelelahan hebat akan memperlihatkan tanda-tanda fisik sebagai berikut :

  • Takikardia.
  • Demam.
  • Mulut kering.
  • Oliguria.
  • Ketonuria.

2.48 APA PENYEBAB ‘MATERNAL EXHAUSTION’?

Persalinan BERKEPANJANGAN disertai dengan asupan cairan dan energi yang sangat tidak memadai.

2.49 APA AKIBAT DARI ‘MATERNAL EXHAUSTION’?

  • Pada IBU : kemajuan persalinan menjadi tidak adekwat akibat kontraksi uterus yang kurang efektif pada kala I dan pada kala II, usaha meneran ibu yang kurang akan menyebabkan kala II memanjang.
  • Pada JANIN : terjadi gawat janin akibat hipoksia. Keadaan ini seringkali terjadi pada penanganan kasus CPD yang salah.

2.50 BAGAIMANA MENCEGAH TERJADINYA ‘MATERNAL EXHAUSTION’?

  • Selama persalinan, pasien harus mendapatkan cairan dan energi yang memadai. Pemberian Ringer Laktat dan Dekstrose 5% 2 : 2 dalam 24 jam sudah memadai.
  • Seharusnya pasien diberikan analgesia selama persalinan.
  • Jangan biarkan persalinan berlangsung berkepanjangan melebihi waktu yang wajar.

2.51 BAGAIMANA CARA MENGATASI MASALAH KELELAHAN IBU?

Bila penderita memperlihatkan tanda-tanda kelelalahan maka kepadanya harus diberikan :

  • 2 liter cairan RL dan D5 2 : 2 ; 1 liter pertama diberikan secara cepat dan liter kedua diberikan dalam waktu 2 jam. Jangan berikan Dekstrose 50% sebanyak 50 ml secara intra vena, pemberian ini sangat membahayakan janin.
  • Analgesia yang memadai.

KELELAHAN IBU AKAN MENYEBABKAN GANGGUAN KEMAJUAN PERSALINAN DAN SEBALIKNYA KEMAJUAN PERSALINAN YANG BURUK DAPAT PULA MENYEBABKAN KELELAHAN IBU.

2.52 APAKAH SEMUA PASIEN INPARTU HARUS DIBERI CAIRAN INTRAVENA?

Tidak. Pada kasus persalinan resiko rendah dimana proses persalinan berlangsung secara normal tidak perlu diberikan cairan intravena, meskipun kadang-kadang pasien menunjukkan adanya ketonuria 1+ atau 2+. Bila tak ada kontra indikasi, pasien cukup diberi minum atau makanan cair saja.

PROBLEMA KASUS

KASUS 1

Pasien hamil 32 minggu masuk kamar bersalin oleh karena mengeluh nyeri perut bagian bawah dan demam.

Pada pemeriksaan, suhu tubuh 380C

1. Apakah suhu tubuh pasien masih dalam batas normal?

Tidak normal. Dia menderita demam oleh karena suhunya diatas 370C

2. Dimana hasil pengukuran suhu tersebut dituliskan ?

Dalam kolom khusus untuk pencatatan suhu di lembar partogram.

3. Apa kira-kira penyebab demam tersebut?

Mengingat bahwa pasien juga mengeluhkan adanya nyeri abdomen bagian bawah, maka kemungkinan dia menderita pielonefritis akut atau korioamnionitis.

4. Bagaimana penanganan pasien tersebut?

Cari dan atasi penyebab pireksia. Suhu tubuh dapat diturunkan dengan memberikan anti piretik misalnya parasetamol.


KASUS 2

Pasien masuk rumah sakit dengan riwayat persalinan yang sudah berlangsung selama 24 jam. Pada saat MRS, pasien terlihat cemas, mulut kering dan frekuensi denyut nadi sekitar 120 kali permenit. Saat dilakukan pemasangan kateter, keluar cairan 50 ml berwarna kuning kecoklatan yang pekat.

1. Apa yang mungkin terjadi?

Kelelahan ibu akibat persalinan berkepanjangan tanpa disertai dengan pemberian cairan dan energi yang memadai. Diagnosa terbukti dari adanya takikardia dan mulut yang kering.

2. Pemeriksaan apa yang harus dilakukan untuk menunjang diagnosa tersebut?

Pemeriksaan suhu tubuh dan ketonuria (Pyrexia dan ketonuria )

3. Apakah produksi urine pasien memadai ?

Nampaknya penderita menderita oliguria mengingat bahwa urine yang keluar hanya sekitar 50 ml dan berwarna kuning coklat yang pekat.

4. Apakah ketonuria selalu menunjukkan suatu abnormalitas?

Tidak , ketonuria kadang-kadang juga dapat ditemukan pada persalinan normal.

5. Bagaimana cara menghindari kejadian kelelahan ibu ?

Berikan cairan dan energi yang memadai saat persalinan. Pemberian cairan dapat secara per oral atau per infus dan diberikan pada persalinan kala I. Semua penderita yang mengalami hambatan kemajuan persalinan harus memperoleh cairan dan energi yang cukup.

6. Bagaimana mengatasi kelelahan ibu?

Pasien diberikan cairan RL : D5 = 2 : 2 , liter pertama diberikan secara cepat dan liter kedua diberikan dalam waktu 2 jam. Selain itu, berikan analgesia yang memadai.


Jakarta , 18 Juni 2009

Reviewed : dr.Bambang Widjanarko, SpOG



0 komentar:

Posting Komentar